INI JOGJA, Jakarta — Kondisi udara Jakarta dan sekitar saat ini sangat memprihatinkan. Polusi sudah pada tingkat terparah, bahkan kota paling tercemar di dunia.
Polusi udara paling buruk di dunia menurut data dari IQAir pada periode Juni – Agustus 2023 dengan skala berkisar 152- 162.
Skala buruknya udara selalu berubah tergantung kapan diukur. IQAir membuat kategori polusi udara dengan nilai yang terukur. Angka 0-50 mewakili kualitas udara baik. Angka 51-100 berarti kualitas udara sedang.
Nilai 101-150 berarti kualitas udara tidak sehat untuk kelompok sensitif. Angka 151 ke atas berarti kualitas udara sangat tidak sehat untuk semua orang. Nilai IQAir lebih dari 300 berarti kualitas udara berbahaya.
Bangga Busana Nusantara, Citra Oktavia Padupadankan Kebaya dan Hijab Motif Wayang
Namun, Jakarta memang belum termasuk di level berbahaya (di atas 300). Tapi level 150 ke atas itu sudah masuk dalam kategori tidak sehat. Ini sudah masuk anjuran jangan terlalu banyak menghirup udara di Jakarta, di lingkungan outdoor.
Buruknya udara yang meliputi Jakarta menjadi perhatian Pemerintah Pusat, dan sudah beberapa kali diadakan rapat menteri dan Pemerintah Daerah.
Apa penyebab terjadinya polusi udara buruk? Banyak yang menyebut peran Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara yang berada di Banten dan dan emisi gas karbon kendaraan bermotor yang tidak terkendali.
Namun fakta data bahwa penyebab utama polusi udara di Jakarta berasal dari kendaraan bermotor.
Ormas Pemuda Bantul Tolak Politik Identitas Jelang Pemilu 2024
Pada pekan lalu Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya, pada Rapat Terbatas Kabinet di Istana Negara, menyodorkan data terkait peningkatan kualitas udara Jabodetabek bahwa sektor transportasi merupakan pengguna bahan bakar paling besar di Jakarta.
Data itu menunjukkan, sektor transportasi berkontribusi sebesar 44% dari penggunaan bahan bakar di Jakarta, diikuti industri energi 31%, lalu manufaktur industri 10%, sektor perumahan 14%, dan komersial 1%.
Dari sisi penghasil emisi karbon monoksida (CO) terbesar, disebutkan disumbang dari sektor transportasi sebesar 96,36% atau 28.317 ton per tahun, disusul pembangkit listrik 1,76% 5.252 ton per tahun dan industri 1,25% mencapai 3.738 ton per tahun.
Sepeda motor merupakan penghasil beban pencemaran per penumpang paling tinggi dibanding mobil pribadi bensin, mobil pribadi solar, mobil penumpang, dan bus. Dengan populasi mencapai 78% dari total kendaraan bermotor di DKI Jakarta sebanyak 24,5 juta kendaraan, dengan pertumbuhan 1.046.837 sepeda motor per tahun.
Namun dari sisi penghasil emisi Sulfur Dioksida (SO2), sektor industri manufaktur menjadi kontributor utama penghasil emisi SO2 yakni sebesar 2.631 ton per tahun atau sebesar 61,9%. Sedangkan posisi kedua penghasil emisi SO2 terbesar ditempati industri energi yaitu 1.071 ton per tahun atau sebesar 25,17%. Sedangkan kendaraan bermotor hanya 11% sebesar 493 ton per tahun.
Penyebab utama tingginya emisi Sulfur Dioksida di Industri Manufaktur disebabkan penggunaan batu bara yang menghasilkan emisi SO2 sebesar 64%.
Laporan itu juga menepis kabar bahwa dugaan polusi udara karena PLTU di Suralaya yang berdiri di Cilegon, Provinsi Banten, karena pergerakan angin yang tidak mengarah ke Jakarta.
Bahwa dugaan polusi udara karena PLTU Suralaya tidak tepat sebab hasil analisis pemantauan tahun 2019 menunjukkan bahwa pergerakan pencemaran ke Selat Sunda bukan ke Jakarta,” tulis pada laporan itu.
Polda DIY-Komunitas Sablon Jogja Cegah Tulisan Provokatif di Kaus
Kemarau Panjang
Menjelaskan data-data tersebut, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya mengemukakan, polusi udara disebabkan kemarau panjang hingga adanya konsentrasi polutan.
“Ada beberapa faktor antara lain kemarau panjang, kemudian konsentrasi polutan, lalu ada emisi dari transportasi termasuk dari manufaktur industri,” kata Siti.
Siti menjelaskan penyebab pencemaran kualitas udara ini disebabkan oleh kendaraan bermotor. Karena dari catatannya, pada tahun 2022 lalu itu ada 24,5 juta kendaraan bermotor dan 19,2 juta di antaranya sepeda motor.
“Bahwa penyebab utama pencemaran kualitas udaranya adalah kendaraan,” katanya.
Gofar Hilman hingga Sammy “Seringai” Ajak Para Pebisnis Muda Yogyakarta Gabung Superpreneur Meet Up
Ia juga menyangkal kabar polusi udara berasal dari PLTU Suralaya, Cilegon. Menurutnya, dari hasil analisis, pencemaran udara tidak bergerak ke arah Jakarta, melainkan ke Selat Sunda.
“Jadi bisa dikatakan bahwa bukan karena PLTU begitu ya, apalagi dilihat dari hasil studi penggunaan batu bara berpengaruh ke Jakarta sih gak sampai 1%,” katanya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan upaya peningkatan kualitas udara di Jabodetabek fokus pada 3 sektor yaitu transportasi, industri, dan pembangkitan listrik serta lingkungan hidup.
Upaya yang dilakukan mulai dari modifikasi cuaca, mewajibkan PLTU batu bara menggunakan scrubber atau pembersih polusi, pembagian jam kerja di Jakarta, mendorong penggunaan transportasi publik, hingga percepatan kendaraan listrik.
Pesta Diskon Annive12sary tiket.com Hadirkan Berbagai Inovasi Kebebasan Berwisata
Kendaraan Listrik
Sementara itu Menteri Investasi/Kepala BKPM Bahlil Lahadalia mengakui selain PLTU batu bara, ada sumbangsih emisi kendaraan bermotor. Oleh karena itu, ia mendorong semua pihak beralih menggunakan kendaraan listrik (EV).
Hal itu dikemukakan Bahlil dalam Penutupan Orientasi Diponegoro Muda di Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Minggu (20/8).
Menurutnya, dunia saat ini sudah berubah. Bahlil menyebut Indonesia perlu bergegas mempersiapkan ekosistem energi dan industri hijau.
Difungsikan Kembali, Terowongan Stasiun Yogya Dihiasi Instalasi Sejarah Perkeretaapian
“Ke depan, semua orang pakai mobil listrik. Oleh karena itu, mobil baterai listrik dan Indonesia kita dorong sebagai salah satu negara produsen ekosistem baterai (dan) mobil (listrik) terbesar di dunia,” katanya. ***