INI JOGJA – Di bawah sinar matahari pagi yang hangat, deretan becak listrik di Malioboro meluncur dengan tenang, membawa wisatawan yang tersenyum menikmati keindahan ikon wisata Yogyakarta. Hiruk pikuk mesin kendaraan bermotor kini mulai tergantikan oleh suara roda yang bergulir halus dan tawa pengemudi becak. Langkah kecil ini adalah bagian dari mimpi besar: menciptakan Malioboro Zero Emission, sebuah kawasan bebas emisi yang ramah lingkungan.
Dinas Perhubungan (Dishub) DIY, bersama Paniradya Kaistimewan DIY, telah memulai perjalanan ini sejak 2023 dengan menghadirkan 50 unit becak listrik. Tahun berikutnya, 40 unit tambahan bergabung untuk memperkuat misi ini. Pada 2025, sebanyak 50 unit baru akan menambah armada, menjadikan total 140 becak listrik yang beroperasi di kawasan ini.
“Semua becak listrik saat ini beroperasi di sekitar Malioboro, didukung oleh Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik (SPKL) di area parkir Ketandan,” jelas Wulan Sapto Nugroho, Kabid Angkutan Dishub DIY, Senin (20/1/2025). Kehadiran SPKL ini memudahkan pengemudi yang kehabisan daya di tengah perjalanan. Namun, Wulan juga menekankan fleksibilitas dari teknologi becak listrik ini. “Mereka juga bisa mengisi daya di rumah, seperti sepeda listrik. Ini memberi kebebasan lebih bagi para pengemudi,” tambahnya.
Baca Juga : Forkopimda Sleman Lakukan Gerakan Penanaman Jagung Serentak
Transformasi ini bukan hanya tentang teknologi, tetapi juga tentang manusia. Para pengemudi becak listrik sebelumnya adalah pengemudi becak motor (bentor) yang kini diajak beralih ke moda transportasi ramah lingkungan. Program konversi ini, selain mengurangi emisi, juga memberikan peluang bagi mereka untuk tetap berdaya di tengah perubahan zaman.
Impian Malioboro Full Pedestrian
Visi jangka panjang program ini tak hanya sekadar mengurangi emisi, tetapi juga menjadikan Malioboro sebagai area full pedestrian. Dalam mimpi ini, hanya kendaraan ramah lingkungan seperti becak kayuh, becak listrik, dan bus listrik yang diperbolehkan melintas, menciptakan suasana yang lebih bersih, nyaman, dan aman bagi pejalan kaki.
Namun, Wulan mengakui bahwa mimpi besar ini membutuhkan sinergi banyak pihak. “Pengadaan becak listrik saat ini masih bersifat stimulus. Kami berharap, ke depan, pengadaan tidak hanya mengandalkan Pemda DIY melalui Dana Keistimewaan, tetapi juga melibatkan swasta melalui program CSR,” ungkapnya.
Dishub DIY sendiri telah menetapkan spesifikasi teknis becak listrik sesuai standar Kementerian Perhubungan. Hal ini memungkinkan Pemkot atau pihak swasta untuk berpartisipasi mendukung program ini tanpa mengurangi kualitas.
Langkah Kecil Menuju Masa Depan Besar
Di tengah langkah-langkah kecil ini, Malioboro Zero Emission terus menjadi impian yang dikejar dengan semangat. Becak listrik hanyalah awal. Dengan kerja sama lintas sektor, inovasi, dan dukungan masyarakat, Malioboro tak hanya akan menjadi ikon wisata Yogyakarta, tetapi juga contoh kawasan urban yang berkelanjutan.
Baca Juga : Kini Tidak Ada Lagi Nama Teras Malioboro 1 dan 2
Suara riang anak-anak yang bermain, aroma masakan tradisional yang menggoda, dan tawa pengemudi becak listrik menjadi harmoni baru di Malioboro. Semua ini bukan hanya tentang membangun kawasan bebas emisi, tetapi juga tentang merajut harapan masa depan yang lebih hijau untuk Yogyakarta dan Indonesia. (Chaidir)