INIJOGJA.NET – Lazimnya piala-piala dalam dunia persepakbolaan memiliki bentuk yang serupa yaitu “berkuping”.
Tapi berbeda dengan yang satu ini, piala kejuaraan sepak bola Liga Anak Bantul 2022 memiliki bentuk yang beda dan unik.
Ternyata piala tersebut karya seniman yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Prof Dr Timbul Raharjo.
Piala dengan bentuk daun itu oleh Prof Timbul Raharjo memang dipersembahkan sebagai bergilir untuk Liga Anak Bantul Usia 10 dan 12 tahun.
Dengan piala bergilir ini diharapkan menjadi gambaran bahwa kemampuan anak bermain bola secara profesional didukung sepenuhnya oleh orang tua dan lembaga pendidikan.
“Saya persembahkan piala begilir ini sebagai bentuk kepedulian saya untuk perkembangan sepak bola di usia dini yang tumbuh dengan semangat dan didukung oleh banyak stakeholder,” ujar Prof Timbul yang juga warga Bantul.
Ketika piala begilir ditunjukkan saat screening calon peserta Liga Anak Bantul 2022, pada Minggu siang 14 Agustus 2022, ratusan anak terkagum-kagum dan ingin menyentuh piala yang terbuat dari tembaga ini.
“Bentuknya unik,” Kata Iwan, pemain SSB Pors.
Liga Anak Bantul 2022 digelar oleh Askab PSSI Bantul dan Dini Mediapro diikuti oleh 16 Klub U 10 dan 20 klub U12 ini akan digelar pada 20-21 Agustus 2022 di Lapangan Potorono Banguntapan Bantul. Sementara untuk babak final pada 28 Agustus 2022 di Stadion Sultan Agung Bantul.
Rudi Hartono, Ketua Bidang Pembinaan Usia Dini Askab PSSI Bantul menyampaikan, menjamurnya keinginan banyak anak untuk berlajar menjadi pesepakbola profesional membuat semangat dan bahagia karena kaderisasi pemain profesional semakin mendekati kenyataan.
“Dukungan orangtua yang hebat, sangat menentukan keberlangsungan proses belajar dan berlatih kemampuan anak bermain bola secara profesional dan terukur,” Kata Rudi.
Saat screening para calon peserta Liga Anak Bantul, selain ditanyakan oleh tim khusus bagaimana pendidikan, hubungan dengan orangtua dan pertanyaan pertanyaan unik, misalnya ketika ditanyakan nama ayah, ada beberapa anak yg tidak bisa menjawab dengan tepat.
“Jadi screening ini bukan sekedar mendapatkan data akurat berkait usia dan pengalaman pendidikan, tapi juga mengedukasi bagaimana membangun keluarga dan hubungan harmonis anak dan ortu,” kata Antok, koordinator screening.
Selain mendapat pertanyaan pertanyaan pendidikan, setiap calon peserta juga di tes kesehatannya oleh tim dokter dari RS Nur Hidayah Bantul. ***