JOGJA — Malioboro merupakan pusat wisata Jogjakarta yang terkenal dan melegenda. Kota ini selalu membawa kenangan bagi yang pernah tinggal atau berkunjung meski hanya sesaat.
Ciri khas yang begitu kuat di Malioboro sebagai ikon wisata yaitu lesehan dan para pedagang hasil-hasil kerajinan Jogja. Di sepanjang Jalan Malioboro ini lah para pedagang kaki lima (PKL) mengais rejeki
Kini wajah Malioboro telah berubah. Para PKL telah direlokasi di dua tempat, yaitu Teras Malioboro 1 (eks bioskop Indra/depan Pasar Beringharjo) dan Teras Malioboro 2 (eks Dinas Pariwisata DIY/selatan Hotel Inna Garuda).
Bagaimana menurut pihak pengelola hotel terkait perubahan wajah Malioboro masa kini. Berikut pandangan Sales and Marketing Consultant Sare Hotel Gowongan Jogjakarta, Riana Ambarwati, yang ditemui belum lama ini.
Menurut Riana, Malioboro menjadi bagian dari upaya Pemerintah DIY maupun Pemerintah Kota Jogja untuk menata salah satu ikon pariwisata di Jogjakarta.
“Sampai sekarang, Malioboro masih menjadi magnet bagi wisatawan yang datang ke Jogja. Utamanya para wisatawan yang ingin menikmati waktu malam hari di kota,” ujar Riana.
Dikatakan, sebagai salah satu destinasi, Malioboro memiliki sajian yang cukup lengkap. Mulai dari fesyen, belanja kerajinan, belanja oleh-oleh hingga menjadi spot untuk berfotoria dan dokumentatif dengan berbagai latar bercirikan khas Jogjakarta.
“Kalau ditanya apakah penataan ini akan lebih baik atau kah malah menurun ? Menurut saya belum bisa dilihat atau dinilai sekarang. Perlu waktu untuk membuktikan apakah langkah penataan ini memang menjadi pilihan terbaik. Tapi satu aspek yang sekarang terlihat bahwa Malioboro terlihat lebih rapi,” jelasnya.
Disisi lain, kata Riana, pemberitaan terkait dengan relokasi PKL juga menjadikan rasa penasaran dari warga di luar Jogja. Mereka bertanya-tanya seperti apa Malioboro sekarang.
“Ini kan menjadi bagian dari promosi, karena orang penasaran dan tentu ingin melihat langsung,” katanya.
“Saya habis mengadakan perjalanan ke luar Jogja. Sejauh ini sih tidak ada suara-suara bernada komplain karena penataan. Bisa jadi mereka menilai kondisi sekarang lni memamg lebih baik, atau kah mereka belum bisa memberikan pendapat lantaran belum berkesempatan hadir langsung ke Jogja,” ujarnya.
Jadi, menurut Riana, tinggal bagaimana relokasi ini kemudian dilakukan dengan baik mempertimbangkan semua aspek yang terkait. Pemda harus benar benar serius mengawal proses relokasi hingga lokasi baru bagi PKl itu nantinya benar benar tertata, benar benar bisa menggantikan apa yang didapat para PKL ketika masih berdagang atau berjualan di Malioboro. (Chaidir)