BILA nasihat kita belum diikuti. Coba telisik ke dalam hati. Mungkin, bukan semata karena Allah, nasihat tersebut kita beri. Bila nasihat kita belum membuahkan hasil. Mungkin, hati kita yang dilumuri penyakit. Riya yang mengintip. Sombong yang terselip. Bahkan, marah, dendam, dan benci, yang masih tersisa, meski sedikit.
Bila nasihat kita belum merubah sikap dan perbuatan. Coba kita telaah lebih jauh ke dalam. Mungkin, cara kita yang kurang sesuai dengan sasaran. Bila nasihat kita belum merubah sikap dan tindakan. Mungkin, kita yang masih kurang baik dalam memberi teladan. Memberi teladan dan contoh dalam kehidupan, lebih tajam dari nasihat yang paling dalam dan panjang.
Tidak ada yang sia-sia dalam menasihatkan kebaikan. Karena itu yang Allah minta dan pesankan. Ia seperti biji tanaman. Tumbuh seiring gerimis datang. Bahkan, cukup setetes embun yang menyapa ringan.
Akan tetapi, yang sering kita lupakan. Soal hasil dari nasihat yang kita tabur dan tebarkan, tumbuh dan berkembang, sepenuhnya ada di “Tangan” Zat yang Maha Rahman. Tugas kita hanya sebatas menjalankan dan mengikhtiarkan. Dimulai dengan memperbaiki kualitas iman dan ketaqwaan.
Kerap yang terlepas dari ingatan dan kesadaran. Ada banyak jalan dan dari beragam jurusan, hidayah datang kepada seseorang. Sesuai dengan cara dan waktu yang Allah tetapkan. Kita tidak punya kuasa sedikit pun memastikan dan memutuskan. Semua itu, bagian dari ujian kesabaran, bagi kita yang berupaya menunjukkan jalan.
“Sesungguhnya engkau [Muhammad], tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau kasihi [sekalipun]. Tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang Dia kehendaki. Dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” [QS. 28 : 56]
Salam teduh,
Kang Jarwo
#LembagaZakatAlAzhar
#PDPMUCY
#YayasanKomunitasKawasanMalioboro
#PayungPeneduhInstitute