INIJOGJA.NET, YOGYA – Kikan Namara dipercaya sebagai music director dalam kegiatan Pagelaran Sabang Merauke di kawasan Candi Prambanan akhir Maret 2022 lalu. Ia adalah sosok dari keberhasilan pagelaran yang diinisiasi PT iForte Solusi Infotek.
Pentas Sabang Merauke yang diinisiasi iForte Solusi Infotek berlangsung sukses, dan rencananya pada awal Juni 2022 mendatang akan dipentaskan lagi di Djakarta Teater, Jakarta.
Dalam pentas di Jakarta nanti kemasan sedikit berbeda dengan di Candi Prambanan. Pastinya Kikan sudah menyiapkan konsepnya yang ia kerjakan selama 1 bulan.
Kikan yang pernah menjadi vokalis grup band Vokelat mengatakan, Pagelaran Sabang Merauke membuatnya melakukan eksplorasi lebih dalam tentang kekayaan budaya Indonesia khususnya di bidang musik dan tari. Wanita yang bernama asli Namara Surtikanti ini, berharap agar keberagaman budaya Tanah Air dapat menjadi alat pemersatu bangsa yang patut dibanggakan.
“Pagelaran Sabang Merauke membuat saya tertantang, bukan hanya sebagai musisi tapi juga sebagai warga negara Indonesia. Kenapa, karena dalam pertunjukan ini saya dituntut untuk melakukan eksplorasi musik dan budaya daerah yang belum pernah saya ketahui. Pada akhirnya, setelah mengenal budaya-budaya daerah tersebut, saya jatuh cinta dan bangga terhadap warisan leluhur. Ini yang membuat saya sebagai musisi terpacu dan tertantang memberikan yang terbaik saat tampil di atas panggung,” ujar Kikan di sela acara “Road to Premiere with Live Performance – Pemutaran Video Pagelaran Sabang Merauke” yang diadakan di Balai Utari Gedung Mandala Bakti Wanita Tama, Sleman, Senin malam (16 Mei 2022).
Tantangan yang tak kalah seru juga dialami oleh Sandhidea Cahyo Narpati. Dipercaya mengurusi bagian koreografi, pria pemilik tarian bertajuk ‘Liwan Gajayana’ ini putar otak meracik beragam jenis tarian tradisional Indonesia agar tersajikan dengan baik di atas panggung.
“Karena ada 21 lagu daerah dan satu lagu nasional, alhasil saya harus membuat koreografi yang berbeda namun tetap merepresntasikan setiap daerah. Ini yang membuat Pagelaran Sabang Merauke menjadi menarik, karena dalam durasi sekitar satu jam penonton dapat menikmati berbagai kekayaan kesenian tradisional yang ada di bumi pertiwi,” tandasnya.
Hal senada diutarakan oleh para seniman tradisional yang terlibat dalam kegiatan ini salah satunya Godil, musisi yang memainkan alat musik Sape, khas suku Dayak. Ia mengatakan bahwa Pagelaran Sabang – Merauke menjadi momentum yang tepat agar semakin banyak masyarakat mengenal keragaman budaya di Indonesia.
“Keberagaman tradisi Indonesia sangat kompleks, karena itu Indonesia menjadi sebuah harta yang berharga bagi negara lain. Di titik inilah pentingnya kita agar semakin mengenal kekayaan bangsa agar tidak hilang ditelan zaman dan juga sekaligus memberikan semangat serta apresiasi terhadap perkembangan kesenian nusantara,” tutur Godil. Tak hanya Godil, beberapa nama seniman tradisional lainnya juga turut terlibat dalam pagelaran ini, diantaranya Gunkmas (penari Bali) Abib Habibi (penari Dayak) dan Puri Senja (penari tradisional). ***