INIJOGJA.NET – Yogyakarta berduka dan kehilangan seorang seniman terkenal Jemek Supardi.
Jemek Supardi adalah Bapak Pantomim Indonesia, meninggal dunia pada Sabtu sore 16 Juli 2022 sekitar pukul 17.30 dalam usia 69 tahun.
Almarhum dikebumikan di Pemakaman Seniman dan Budayawan Giri Sapto, Imogiri Bantul, Minggu 17 Juli 2022.
Mengapa dikebumikan di Pemakaman Seniman dan Budayawan Giri Sabtu, simak penjelasan sejarahnya dan keistimewaannya.
Pemakaman Seniman dan Budayawan Giri Sapto berada di Bukit Gajah Girirejo Kecamatan Imogiri Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Pemakaman ini memang unik dan hanya ada satu di Indonesia. Makam ini dikhususkan untuk bagi para seniman dan budayawan kondang di DIY.
Sejumlah Maestro Seni yang dimakamkan di tempat itu antara lain pencita lagu legendaris Kusbini, pencipta komik Gundala Putra Petir, Hasmi, seniman dan pelukis terkemuka asal Solo, Sapto Hudoyo.
Bagi para seniman Indonesia bahkan luar negeri, Pemakaman Seniman dan Budayawan Giri Sapto memang sudah tidak asing lagi.
Pemakaman seniman dan budayawan itu posisinya sebelah barat Makam Raja-Raja Mataram atau kompleks Pasarean Pajimatan Girirejo, Imogiri, Bantul.
Untuk dapat masuk ke makam seniman harus melewati pintu gerbang berbentuk lengkung setengah lingkaran berdiameter 10 m. Gebang pintu utama tersebut dibuat struktur bertingkat sepuluh teras mengikuti kontur perbukitan.
Juru Kunci Makam Seniman dan Budayawan Giri Sapto adalah Jamhari yang dipercaya menjaga makam ini sejak didirikan pada 6 Februari 1988. Kelak, yang akan meneruskan sebagai penjaga makam adalah putranya sendiri bernama Miswadi, 40 tahun.
Jamhari tinggal di sebuah rumah tak jauh dari makam. Setiap hari ia membersihkan makam dan melayani masyarakat yang hendak berkunjung ke makam para seniman tersebut.
Makam seniman dan budayawan itu digagas oleh RM Sapto Hoedojo.
Menurut Jamhari, seniman yang dimakamkan di tempat itu merupakan tokoh seniman Yogyakarta yang karya-karyanya sudah mendunia.
Sejak 1980, almarhum RM Sapto Hoedojo yang merupakan kelahiran Solo ini memang berkeinginan membuat makam khusus senimah. Hal itu perlu diwujudkan karena para seniman layak mendapatkan penghargaan atas kiprahnya membangun negeri ini dan mengharumkan nama baik Indonesia ke kancah internasional.
Makam ini memang didedikasikan khusus bagi para seniman yang mendunia.
Saat pendirian makam seniman itu memang sempat konflik dari sejumlah kalangan termasuk kalangan seniman. Penolakan itu muncul karena seniman sudah terbiasa hidup bebas sesuai dengan idealisme dan hidup sederhana. Bagi para seniman, penghargaan dan penghormatan dengan cara pendirian makam khusus seniman terlalu besar.
Namun dalam perjalanannya, makam seniman itu bisa terwujud atas peran KRT Suryopadmo Hadiningrat yang saat itu menjabat sebagai Bupati Bantul.
Makam Seniman dan Budayawan Giri Sapto dibangun pada 6 Februari 1988 dan dikelola oleh Yayasan Taman Makam Seniman dan Budayawan Giri Sapto.
Pada halaman depan makam diberi nama Bangsal Asih. Begitu memasuki area makam para peziarah akan menemukan suasana yang berbeda dengan pemakaman raja-raja atau tempat pemakaman umum.
Jika pemakaman lain terkesan penuh suasana mistis. Makam Seniman dan Budayawan Giri Sapto justru terkesan modern, rapi, dan artistik. Tempat ini mirip sebuah taman yang luas. Terlihat indah, penuh sensasi dan sangat menarik untuk dikunjungi. Makam itu kerap menjadi tujuan wisata dan lokasi aktivitas oudoor lainnya.
Di bagian depan makam Seniman Giri Sapto kini telah berdiri bangunan seluas 1.000 meter per segi. Bangunan ini akan difungsikan sebagai museum, ruang pamer, dan ruang audio visual. Selain itu, gedung ini dilengkapi perpustakaan, amphitheater, Joglo serta gardu pandang.
Gedung ini merupakan gagasan Sapto Hoedoyo. Kemudian, gagasan itu diteruskan oleh istrinya yaitu Yani Sapto Hoedojo bersama Lembaga Kebudayaan Nasional Indonesia (LKNI) Pusat. Untuk mewujudkan gedung ini, Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Dinas Kebudayaan DIY dan Barahmus DIY ikut berperan aktif.
Tercatat, tanggal 20 Maret 2017 para penggagas ini menghadap dan menjelaskan kepada Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X di Kepatihan Yogyakarta. Hasilnya Sri Sultan HB X menyetujui dan merestui rencana pembangunan Museum Seniman di Makam Seniman Giri Sapto.
Kompleks pemakaman tersebut diresmikan dengan nama “Makam Seniman Pengharum Bangsa” oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX, tetapi Sapto Hoedojo kemudian mengganti nama pemakaman tersebut dengan nama “Makam Seniman dan Budayawan Giri Sapto”
Seperti perjalanan menuju Makam Raja-Raja Mataram di Imogiri, perjalanan menuju pemakaman seniman di Giri Sapto ini pun dimulai dengan menapaki puluhan anak tangga. Selain berziarah dan mengenang karya-karya para seniman, pengunjung juga dapat menikmati keindahan alam di atas perbukitan yang masih asri ini.
Makam Sapto Hoedojo, penggagas pembangunan makam ini, berada di bagian utara pelataran makam. Banyak seniman, khususnya dari daerah Yogyakarta dan sekitarnya, dimakamkan di tempat ini.
Ini lah bentuk penghargaan bagi seniman dan budayawan pengharum Indonesia di mata dunia Makam Seniman dan Budayawan Giri Sapto. ***