Inijogja.net — Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta membuka gelaran Pameran Bersama Museum Kota bertempat di Taman Budaya Embung Giwangan. Pameran yang berlangsung pada 3-5 Desember ini mengusung tema “Bara Kumara”. Tema ini mengandung filosofi tentang Semesta Pemuda yang merupakan representasi semangat pemuda dalam pemajuan museum.
Kepala Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, S.Sos.,M.M menyampaikan bahwa Pameran “Bara Kumara” merupakan puncak kegiatan Pembinaan Permuseuman di tahun 2024.
Di awal tahun 2024 lalu, pemerintah melakukan sudah penelitian Survei Kualitas Museum yang berhasil mengidentifikasi hambatan pengelolaan permuseuman seperti pendanaan, sumber daya manusia, promosi, dan minat public. Untuk membantu mengatasi permasalahan tersebut, kemudian dilaksanakan program lanjutan yaitu Youth Museum Internship di empat museum berkembang yaitu museum Bahari, museum Dr. Yap, museum Dewantara Kirtigriya, dan Museum Batik. Pemerintah menggandeng mahasiswa seni dan humaniora dari tiga kampus di Yogyakarta yaitu UGM, UNY, dan ISI Yogyakarta.
Baca Juga : Napak Tilas Leluhur, Diaspora Jawa Dunia akan Berkumpul di Yogyakarta
“ Langkah ini diupayakan untuk mengatasi keterbatasan SDM museum dalam upaya penyusunan program public. Untuk itu, kegiatan magang museum ini perlu dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh museum. “ ujar Yetti dalam sambutannya.
Lebih lanjut diungkapkannya, untuk memacu progress setiap museum, maka diselenggarakan kegiatan Kompetisi Museum dengan tema program public. Museum yang memiliki program public terbaik akan diberikan apresiasi dan kesempatan untuk menampilkannya di pameran ini. Acara sore ini, sekaligus menjadi ruang bagi Dinas Kebudayaan untuk memberikan apresiasi kepada pemenang Kompetisi Museum yaitu Museum Dr. Yap sebagai Juara I Program Publik kategori Museum Berkembang dan Museum Sandi sebagai Juara I Program Publik kategori Museum Maju.
Pameran ”Bara Kumara” rencananya akan berlangsung selama lima hari dari pukul 10.00 s.d. 21.00 WIB. Selama berlangsungnya acara pengunjung tidak hanya dapat melihat kolesi pameran, melainkan juga mengikuti aktivasi public yang ditampilkan oleh beberapa museum seperti workshop membatik, workshop Olahrasa, workshop Dolanan Anak, Wajib Kunjung Museum, Code Hunter, Sains Experiment, dan Jemparingan.
Bara Kumara menampilkan koleksi dari 7 museum di Kota Yogyakarta diantaranya dari Museum Dr. Yap, Museum Bahari, Museum Kraton, Museun Pakualaman, Museum Batik, Museum Taman Pintar, dan Museum Dewantara Kirtigriya. Beberapa koleksi yang ditampilkan miniatur kapal Dewa Ruci, Seragam Kadet TNI AL, Batik Baita, Batik Kompeni dari kolesi Museum Batik, dan sebuah keris koleksi Kraton Ngayogyakarta. Koleksi ini dinarasikan dengan apik membentuk sebuah jalinan cerita sejarah tentang eksistensi pemuda periode akhir ke 19 hingga awal abad ke 20.
Baca Juga : Gelar ‘Tradisi Budaya Kemerdekaan RI’ Lunpia Ci Me Me Murah Meriah
Koleksi dari museum ini didisplay dalam instalasi yang terbuat dari jendela dan pintu-pintu bekas. Pintu dan jendela ini melambangkan pintu kebudayaan dalam upaya mengawali interkoneksi museum di Kota Yogyakarta. Bara Kumara merupakan hasil akhir dari sebuah kerja kolaborasi dari berbagai unsur baik pemerintah, museum, kurator, mahasiswa, dan komunitas budaya dalam wadah instalasi pameran.
“Harapan kami rangkaian kegiatan pameran ini tidak hanya mampu menampilkan potensi koleksi museum melainka sebagai jalan untuk melahirkan kerjasama dan kemitraan dengan para pelestari budaya. Museum tidak hanya mampu mengumpulkan dan mendisplay sebuah koleksi melainkan juga mampu menyusun sebuah program aktivasi untuk menghidupkan museum sebagai ruang public”, tambah Yetti (*/) .