INI JOGJA – Setelah melalui proses panjang yang mencakup sosialisasi, kontraktual, dan pengundian lapak, sebanyak 1.041 pedagang dari Teras Malioboro 2 resmi dipindahkan ke lokasi baru di Teras Malioboro Ketandan dan Beskalan. Pemindahan ini menjadi bagian dari strategi Pemerintah Kota Yogyakarta untuk mengoptimalkan ekosistem kawasan Malioboro, menjadikannya lebih terstruktur dan nyaman bagi pedagang maupun pengunjung.
Proses pemindahan ini telah direncanakan sejak lama dan menjadi topik utama dalam sejumlah pertemuan intensif yang melibatkan pedagang dan pihak pemerintah. Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, menjelaskan bahwa sejak awal penempatan di Teras Malioboro 2, para pedagang sudah diinformasikan bahwa lokasi tersebut bersifat sementara.
“Dari awal, sudah disampaikan bahwa Teras Malioboro 2 adalah lokasi transisi. Sosialisasi kami lakukan secara berkelanjutan sejak Februari 2024, termasuk memfasilitasi pengundian lapak secara terbuka dan transparan,” ujar Yetti dalam Jumpa Pers yang digelar di Kompleks Kepatihan pada Rabu (15/1/2025).
Sebagai langkah persiapan, Dinas Kebudayaan telah menyelenggarakan 29 kali pertemuan dengan para pedagang sepanjang tahun 2024. Dalam pertemuan-pertemuan tersebut, para pedagang diberikan pemahaman mengenai konsep lokasi baru di Ketandan dan Beskalan, yang dirancang lebih modern dengan fasilitas yang memadai.
Baca Juga : Satpol PP Ambil Langkah Tegas Bagi Perokok Sembarangan di Malioboro
Proses pengundian lapak dilakukan secara bertahap, dimulai pada 31 Desember 2024. Yetti memastikan bahwa pengundian dilakukan secara terbuka untuk menjamin keadilan bagi seluruh pedagang. Pengundian tambahan juga digelar untuk pedagang yang belum sempat hadir atau menyelesaikan kontrak pada tahap pertama.
Tidak Ada Lagi Nama Teras Malioboro 1 dan 2
Dengan selesainya pemindahan ini, Pemerintah Kota Yogyakarta menegaskan bahwa tidak ada lagi nama Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2. Seluruh pedagang kini terintegrasi di dua lokasi baru, yaitu Teras Malioboro Ketandan dan Beskalan, yang masing-masing memiliki karakteristik unik dan mendukung optimalisasi ekosistem Malioboro.
“Pemindahan ini adalah bagian dari upaya kami untuk menciptakan kawasan Malioboro yang lebih teratur, bersih, dan ramah bagi wisatawan. Kami berharap para pedagang dapat merasa nyaman di lokasi baru dan terus mendukung Malioboro sebagai ikon pariwisata Yogyakarta,” tambah Yetti.
Para pedagang yang sebelumnya menempati Teras Malioboro 2 kini memiliki tantangan baru di lokasi yang lebih permanen. Dengan fasilitas yang lebih baik, mereka diharapkan dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada pembeli dan mendukung Malioboro sebagai pusat budaya, ekonomi, dan pariwisata Yogyakarta.
Pemindahan ini sekaligus menjadi langkah penting dalam sejarah perkembangan Malioboro, menandai awal baru yang lebih terorganisir dan berorientasi pada keberlanjutan kawasan. Pemerintah Kota Yogyakarta berkomitmen untuk terus mendampingi para pedagang dalam beradaptasi di lokasi baru, sekaligus menjaga semangat kolaborasi demi kemajuan bersama.
Baca Juga : Telkomsel Gelar Program Intimate Luch Customer di 6 Kota
Per 14 Januari 2025, tercatat 1.034 pedagang telah mengikuti pengundian dan mulai menempati lapak baru, terdiri dari 602 pedagang di Ketandan dan 432 pedagang di Beskalan. Meski begitu, masih ada tujuh pedagang yang belum menyelesaikan kontraktual atau mengikuti undian. Pihak terkait terus berupaya menghubungi mereka untuk memastikan kejelasan.
Sementara itu, Kepala Dinas Koperasi dan UKM DIY, Srie Nurkyatsiwi, menambahkan bahwa kontraktual dilakukan secara individu antara pedagang dan Dinas Koperasi UKM DIY. Setelah mendapatkan nomor undian, pedagang bisa langsung menempati lapak baru dan mulai berjualan. “Hari ini pedagang sudah mulai boyongan dan beberapa di antaranya sudah membuka dagangan. Aktivitas perdagangan dapat berjalan seperti biasa tanpa harus menunggu seremonial peresmian,” ujarnya.
Sebagai upaya mendukung keberlangsungan aktivitas perdagangan, pemerintah menyediakan pendampingan serta monitoring. Selain itu, regulasi terkait pelarangan oper kontrak lapak akan diawasi secara ketat untuk menjaga transparansi dan keadilan.
Pengembangan Ekosistem Teras Malioboro
Pengembangan Teras Malioboro tidak hanya fokus pada aspek ekonomi, tetapi juga sosial, budaya, dan pariwisata. Srie menjelaskan bahwa Teras Malioboro dirancang sebagai ruang publik yang multifungsi. Salah satu inovasi adalah keberadaan amfiteater di lokasi baru yang dapat digunakan untuk berbagai pertunjukan seni dan budaya.
“Ekosistem ini akan terus dihidupkan. Selain menjadi pusat ekonomi, Teras Malioboro juga dirancang sebagai ruang ekspresi budaya yang dapat menarik minat wisatawan. Kami berharap berbagai kegiatan seni dan budaya di sini akan meningkatkan jumlah pengunjung sekaligus pendapatan pedagang,” imbuhnya.
Pemerintah berharap optimalisasi ekosistem Teras Malioboro dapat memberikan dampak positif yang berkelanjutan bagi perekonomian, sosial, dan budaya di Yogyakarta. Dengan demikian, Teras Malioboro bukan hanya menjadi pusat perdagangan, tetapi juga simbol keberagaman dan kekayaan budaya kota ini. (Chaidir)