INI JOGJA, Bantul — Kabupaten Bantul saat ini masih menanti mendapatkan predikat Kota Kreatif Dunia UNESCO.
UNESCO (United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization) telah
menyatakan Bantul sebagai salah satu nominasi Kota Kreatif Dunia pada kategori Craft and Folks Arts (kerajinan dan seni rakyat).
Biasanya UNESCO menyelenggarakan pemilihan Kota Kreatif Dunia dalam rangka Hari Kota Sedunia (World Cities’ Day) yang dirayakan pada 31 Oktober.
Baca Juga : Caturtunggal Sleman dan Gondomanan Kota Yogya Siap-Siap Dipasang Jaringan Gas Bumi
Ada 8 bidang dalam penilaian kreativitas, yakni musik (music), kesenian (arts) dan kerajinan rakyat (folk craft), desain (design), perfilman (cinema), sastra (literature), seni digital (digital arts) atau kuliner (gastronomy).
Guna memantapkan menuju Kota Kreatif Dunia, maka diadakan seminar nasional Bantul Menuju Kota Kreatif. Seminar menghadirkan wakil-wakil dari kota/kabupaten lain di wilayah DIY dan kota kreatif usulan Kemenparekraf lainnya seperti Salatiga, Surakarta dan Ponorogo.
Kehadiran wakil dari daerah lainnya untuk saling mendorong daerah masing-masing untuk terus mengembangkan diri membangun ekosistem ekonomi kreatif yang mendunia.
Baca Juga : Kalbe Farma Bantu Warga Desa Boto Wonogiri Dapatkan Akses Air Bersih
Kegiatan diselenggarakan pada Senin (13/3/2023) di Hotel Ros In Yogyakarta, dan hadir pula berbagai stakeholder seperti akademisi, swasta, aggregator, pemerintah, komunitas dan media menciptakan hubungan hexahelix untuk maju bersama.
Menurut Kepala Dinas Pariwisata Bantul, Kwintarto Heru Prabowo SSos bahwa inovasi harus terus diciptakan untuk membangun ekosistem ekonomi kreatif.
Bantul, kata Kwintarto memiliki potensi yang sangat kuat. Jika hanya disampaikan tampilannya saja itu biasa. Jika kemudian dibumbui dengan nilai filosofi dan sejarahnya, itu akan menjadi hal yang sangat menarik di mata internasional. Selain menjual produk-produk kerajinan, juga menjual pengalaman pembuatannya. Selain menjual keindahan alamnya, namun juga menjual nilai historisnya.
Baca Juga : Film “Kartu Pos Wini : Surat Beralamat Surga”, Sambut Bulan Ramadan
“Berdasarkan hasil ATF (Asean Tourism Forum) pada bulan lalu, banyak tamu asing yang terpesona dengan Bantul. Melihat batik mereka bisa, tetapi begitu mereka melihat proses pembuatan batik, mereka begitu terkesima dengan nilai filosofi yang terkandung didalamnya. Pun dengan Gumuk Pasir di Parangtritis, mereka melihat itu hanya pasir biasa, namun setelah tahu sejarah pembentukannya, mereka terpukau,” ujar Kwintarto.
Sedangkan Bupati Bantul Abdul Halim Muslih, secara khususnya menyoroti perkembangan kriya di Kabupaten Bantul. Kriya yang awalnya digunakan sebagaimana fungsinya, kemudian berkembang menjadi kriya kontemporer sebagai barang dekorasi dengan mengusung nilai estetika sebagai nilai tambahnya. Pun dengan kerajinan dari bahan baku daur ulang, tidak hanya mendaur ulang namun juga meningkat nilai barang yang diciptakan.
“Sampah-sampah plastik botol dilebur kemudian mencetak botol plastik lagi, itu adalah recycle. Namun di Bantul, plastik yang dilebur itu dibuat menjadi pralon-pralon dengan standar SNI sehingga itu meningkat nilai ekonominya, itulah yang dinamakan upcycle,” tambah Halim dikutip dari laman portak Pemkab Bantul.
Baca Juga : Jangan Sembarangan Pilih Inverter Jika Pasang PLTS. Simak Penjelasannya
Perkembangan craft di Kabupaten Bantul kedepannya akan semakin meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Sampah-sampah plastik disulap menjadi komoditi ekonomi tinggi.
Namun demikian, masalah terbesar dalam pengembangan craft di Kabupaten Bantul adalah minimnya ketersediaan bahan baku. Di titik inilah, perlu dilakukan kolaborasi dengan daerah pemroduksi bahan baku craft seperti serat abaka, enceng gondok, rotan, bahkan tanah liat dan juga bambu hingga kulit.
“Sehingga kolaborasi dalam menciptakan ekosistem ekonomi kreatif sangat diperlukan. Daerah penghasil bahan baku silakan menyuplai barang ke Bantul, nanti kami yang akan mengolahnya menjadi kerajinan,” pungkasnya. ***