INI JOGJA – Gubernur DIY sekaligus Raja Keraton Yogyakarta, Sri Sultan Hamengku Buwono X didampingi GKR Mangkubumi dan GKR Hayu membuka Simposium Internasional Budaya Jawa 2025 bertajuk ‘Aparatur di Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat’ di The Kasultanan Ballroom Royal Ambarrukmo Yogyakarta pada Sabtu (12/4/2025). Tema tersebut dipilih secara khusus untuk meningkatkan pemahaman terhadap aparatur dan struktur pemerintahan di Keraton Yogyakarta. Selama dua hari simposium, para peserta diajak menggali lebih dalam beragam dinamika aparatur Keraton Yogyakarta yang mampu melintasi zaman.
Agenda simposium yang memasuki edisi ke-7 pada 2025 ini mengambil momentum Peringatan Ulang Tahun Ke 36 Kenaikan Takhta atau Tingalan Jumenengan Dalem Sri Sultan HB X dan GKR Hemas dalam tahun masehi. Delapan pembicara dan empat moderator dengan empat tema besar berbeda siap menyampaikan ulasan menarik seputar Aparatur di Keraton Yogyakarta dalam Simposium Internasional Budaya Jawa 2025.
Peragaan Busana Abdi Dalem Prajurit Keraton Yogyakarta diiringi orkestrasi gending prajurit yang dibawakan Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) tampil memukau pada sesi pembukaan simposium. Hadir dalam pembukaan simposium yaitu Sri Sultan HB X, GKR Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Hayu, GKR Bendara, KPH Notonegoro, dan KPH Yudonegoro, perwakilan Kadipaten Pakualaman, Kasunanan Surakarta, dan Kadipaten Mangkunegaran, segenap jajaran forum koordinasi pimpinan daerah, serta rektor dari beberapa universitas mitra keraton.
Baca Juga : Perlu Strategi Dalam Membangun Personal Branding di Era Digital
Keberadaan Abdi Dalem dan Prajurit sebagai aparatur di Kesultanan Yogyakarta mampu melintasi zaman. Beberapa jenis aparatur sudah tidak dapat dijumpai seperti bregada prajurit puteri Langenkusuma, Abdi Dalem Palawija, para penarik pajak dan cukai, serta pelaksana sistem peradilan. Namun demikian, kajian, pencatatan, serta pemaknaan mendalam terhadap setiap aparatur di Kesultanan Yogyakarta tetap penting diteliti. Dengan demikian, pembelajarannya diharapkan dapat berkontribusi terhadap kehidupan sosial, budaya, religi, dan keilmuan secara luas.
Mewakili keluarga besar Keraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi mengungkapkan relevan dengan kondisi saat ini, komponen aparatur menjadi salah satu syarat berdirinya negara berdaulat. Tidak bisa dipungkiri pasang surut keberadaan aparatur Nagari Ngayogyakarta menjadi bagian dari perubahan dinamika sosial. Perihal ini masih menjadi kerja pelestarian bagi keraton, yang bersumber dari dokumen tertulis maupun litografi keraton.
“Tidak hanya mengungkapnya melalui nilai historis keberadaan atau nilai filosofis atribut dan busana, keraton sebagai museum hidup bersama-sama dengan semua lapisan aparatur melangkah bersama zaman yang terus berkembang. Keraton hadir menjadi bukti kontinuitas kerja kebudayaan yang tak berhenti, sebagaimana falsafah, Manunggaling Kawula Gusti, untuk mewujudkan Yogyakarta Istimewa yang selaras dan bersatu padu, antara rakyat dan pemimpin,” papar GKR Mangkubumi.
GKR Mangkubumi mengatakan kerja-kerja pelestarian terus dilanjutkan di Keraton Yogyakarta. Kajian-kajian terhadap sumber tertulis seperti manuskrip dipercaya dapat mengungkapkan nilai historis, maupun filosofis dari setiap detil aparatur Nagari Ngayogyakarta Hadiningrat. Dengan hadirnya simposium ini dipercaya dapat semakin menyebarluaskan hasil-hasil kajian tersebut kepada berbagai lapisan masyarakat. Dengan ini, keraton hadir menjadi bukti kontinuitas kerja kebudayaan yang tidak stagnan.
Menghidupkan Semangat Kebangsaan: Dr Haryadi Baskoro Luncurkan Buku Bertema Kristen dan Nasionalisme
“Semoga gelaran ini membuka ruang seluas-luasnya bagi studi keilmuan Aparatur di Kesultanan Yogyakarta, baik antropologi, filologi, sejarah, sains, politik, psikologi, pendidikan, gender, filsafat dan lain sebagainya terkait Budaya Jawa. Terima kasih sedalam-dalam untuk seluruh Abdi Dalem yang telah mendedikasikan hidupnya di Keraton Yogyakarta. Dengan golong gilig bersatu padu, menuntun kita kepada masa dapan yang terus berkelanjutan, Hamemayu Hayuning Bawono,” tutur putri sulung Raja Keraton Yogyakarta ini.
Penghageng Kawedanan Kaprajuritan Keraton Yogyakarta, KPH Notonegoro menambahkan peragaan busana sebagai sajian pembuka simposium dipimpin konduktor Mas Wedana Widyowiryomardowo dan menampilkan 8 bregada prajurit keraton yang busananya merupakan hasil rekonstruksi busana prajurit di masa lampau. Kedelapan prajurit tersebut yaitu prajurit Wirabraja, Dhaeng, Patangpuluh, Jagakarya, Prawiratama, Ketanggung, Mantrijero bersama Langenastra, dan Nyutra.
“Pada simposium ini, kami tampilkan peragaan busana aparatur militernya, lengkap dengan iringannya sesuai tema dari rangkaian kegiatan Tingalan Jumenengan Dalem. Peragaan busana diiringi gending prajurit yang sudah digubah ke dalam format orkestra melalui mekanisme sayembara orkestrasi gending prajurit sejak Januari 2025 lalu. Jadi proses kami mempersiapkan pertunjukan ini memang sudah lama,” tambah KPH Notonegoro.
Baca Juga : Perempuan Dayak sebagai Agen Perubahan: Menjaga Tradisi, Menatap Masa Depan
Penghageng Kawedanan Tandha Yekti sekaligus Ketua Panitia Pelaksana Simposium Internasional Budaya Jawa, GKR Hayu didampingi Penghageng Kawedanan Hageng Punakawan Nitya Budaya, GKR Bendara menuturkan dari call for paper yang dibuka sejak Agustus 2024, terdapat 92 pendaftar dari berbagai penjuru Indonesia dan dari luar negeri seperti Filipina, Malaysia, Kroasia, dan Korea. Tulisan tersebut diseleksi reviewer senior dari Indonesia, Jerman, dan Perancis yang mendapatkan 20 naskah terpilih pada putaran pertama. Pada putaran dua dipilih 10 tulisan terbaik yang dapat disimak pemaparannya dalam simposium.
“Terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dan memberikan atensinya pada simposium hari pertama. Masih ada hari kedua yang akan menghadirkan para pembicara dan karya-karya penelitian yang tak kalah menariknya berkaitan aspek sosial budaya dan seni serta literatur berkait aparatur di Kasultanan Yogyakarta. Ada gelar wicara istimewa mengenai keberadaan prajurit Keraton Yogyakarta dari masa ke masa. Semoga bisa menambah wawasan dan diskursus yang lebih luas bagi kita semua,” ujar GKR Hayu. (Chaidir)