INI JOGJA – Jogja Street Sculpture Project (JSSP) adalah tradisi gaya unik seniman Yogyakarta dalam menampilan karya-karya seninya.
Tahun 2023 JSSP kembali digelar dengan penampilan karya yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Tapi spirit memamerkan karya seni di ruang terbuka di jalanan sepanjang Malioboro tetap sama.
Pameran di ruang terbuka di kawasan destinasi wisata utama Kota Yogyakarta ingin menunjukan daya tarik dan keunikan sajian karya seni untuk bisa dinikmati oleh banyak orang, terutama para wisatawan.
JSSP 2023 yang digelar Asosiasi Pematung Indonesia (API) bekerjasama dengan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) DIY menyajikan 30 patung beragam rupa karya
22 seniman individu, 5 karya kelompok dan 3 seniman undangan yaitu Nasirun, Ugo Untoro serta Putu Sutawijaya. Sederet nama besar dari seniman API juga turut menghiasi poster JSSP 5.
BRI Menanam 2023 Bagikan 2.640 Bibit Tanaman di 24 Desa di Kulonprogo
Tahun ini adalah JSSP kelima. JSSP dikenal sebagai pameran patung outdoor terbesar di Indonesia yang diadakan setiap 2 tahunan yang secara konsisten sejak 2015.
JSSP #5 ini sebagai salah satu cara merayakan Yogyakarta sebagai Warisan Budaya UNESCO.
JSSP 5 resmi dibuka oleh Kepala Kundha Kabudayan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi SS MA di Taman Edukasi Benteng Vredeburg, Senin 16 Oktober 2023 ditandai dengan pemotongan tumpeng.
Malioboro dipilih menjadi lokasi JSSP #5 tidak terlepas dari Sumbu Filosofi Yogyakarta yang memiliki segudang nilai luhur. Pada gelaran kelima ini JSSP spesifik mengangkat tema “Ruwat Gatra Rasa: Redefining Form and Space”. Diharapkan kegiatan ini menjadi ikhtiar seniman patung untuk merawat raga serta batin dari kebudayaan.
Rain Rosidi selaku Kurator JSSP 5 mengatakan seni patung memiliki kemampuan kuat untuk mencerminkan sebuah ruang, baik secara fisik maupun sosial.
Empat Lokasi di Jogja Terpilih untuk Syuting Film Sajen Satu Suro
Karya-karya seni ini bukanlah objek yang hampa, melainkan tanggapan positif terhadap evolusi bentuk dan tatanan ruang, serta sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan sosial, budaya, dan lingkungan.
“Ide awal JSSP adalah bagaimana menghubungkan kreativitas pematung dengan kotanya yakni Yogyakarta. Karenanya, karya patung di ruang publik bukan berarti memindahkan karya dalam studio ke jalan. Bukan hanya memindahkan lokasi tapi juga mempertimbangkan ruang lingkungan untuk bisa menjadi medan ekspresi. Ini pembelajaran yang berharga,” ujarnya.
Ditambahkan, Yogyakarta sebagai kota seni masih memiliki tantangan ke depan untuk menunjukkan ekspresi. Bisa menjadi penanda dari sebuah waktu, sejarah ataupun pihak yang memberikan projek.
Yogyakarta punya potensi itu karena API memiliki anggota yang kebanyakan di Yogyakarta. Sinergi antara pemangku kebijakan, seniman dan pihak lain yang bisa mendukung program ini menjadi penting.
Ribuan Warga dan Wisatawan Saksikan Wayang Jogja Night Carnival 2023
Patung publik di ruang kota punya nilai-nilai sejarah, atraksi, rekreasi, dan edukasi. JSSP kelima menggarap kawasan yang memiliki nilai sejarah, ekonomi, wisata dan pertemuan berbagai identitas. Ini menjadi tantangan yang berarti bagi pematung karena syarat dengan berbagai kepentingan.
“Alm Eko Prawoto pernah berpesan bahwa sebagai pematung, tidak serta merta merubah lanscape tapi bersinergi. Ruwat Gatra Yawa dikelola dengan mempertimbangkan apa yang ada di Malioboro dan diinginkan seniman. Semoga JSSP memberikan pengalaman yang berbeda bagi pengunjung. Saya optimis acara ini kalau dikelola dengan baik akan menjadi besar. Akan bisa memberikan sumbangsih untuk pembangunan kota budaya kedepannya,” jelas Rain.
Tantangan Pematung
Kepala Kundha Kabudayan DIY Dian Lakshmi Pratiwi menjelaskan, tantangan bagi pematung adalah terkait sumbu filosofi yang merupakan gagasan dan konsep yang akan diberikan.
Panglima TNI Pastikan KTT AIS di Nusa Dua Tak Ganggu Aktivitas Wisata
Bagaimana pematung memberikan makna dan nilai lebih terkait daur hidup manusia karena itu yang diakui di dunia. Bagaimana manusia hidup dan kembali ke penciptanya. Ide dan gagasan tersebut menjadi sumur ide yang tidak pernah kering.
“Bagaimana menerjemahkan seni patung untuk edukasi masyarakat Yogyakarta. Semua lini kehidupan menjadi ide pematung. Mewarnai, mengedukasi masyarakat Yogyakarta dan karena gejalanya sudah terlihat ketika ditetapkan sebagai situs Sumbu Filosofi Yogyakarta sebagai warisan dunia atau world heritage,” kata Dian.
Ketua Panitia Basrizal Al Bara menambahkan patung publik banyak tantangannya, karena dipajang di ruang umum. Dan banyak yang tidak tahu itu sebuah karya. Karya dinaikin, dipanjat, disentuh hingga dipeluk. Diraba juga boleh.
Pameran Patung JSSP 5 dapat dinikmati hingga 28 Oktober 2023. Terdapat program Bincang Seni, Tour JSSP: Piknik di Kota Sendiri serta Lomba Foto dan Video yang dapat diikuti oleh berbagai elemen masyarakat. Lomba Foto dan Video JSSP 5 memperbutkan hadiah jutaan rupiah. Informasi detail dapat dicari melalui media sosial JSSP 5. ***