INIJOGJA.NET, MAGELANG – Kawasan di lereng Gunung Sindoro, tepatnya di Desa Jumprit, Kabupaten Temanggung dikenal sebagai daerah yang dingin.
Setiap tahun menjelang puncak acara Tri Suci Waisak, di tempat itu selalu terdengar senandung ritual dan doa-doa berkumandang. Dari kawasan Umbul Jumprit itu ditandai dimulainya prosesi pengambilan “air berkah” oleh ratusan Biksu dan umat Budha Indonesia dari berbagai majelis.
Prosesi pengambilan air berkah dari mata air alam Umbul Jumprit merupakan rangkaian dalam menyambut perayaan Tri Suci Waisak 2566 Tahun Budhis.
Prosesi ritual berlangsung dengan khidmat. Perwakilan majelis bergantian melakukan ritual yang diawali dengan penyalaan dupa dan lilin panca warna.
Usai melakukan ritual, para Biksu kemudian mengambil air bekah yang berjarak sekitar 20 meter dari lokasi ritual. Para Biksu secara bergiliran berjalan ke arah Sendang berbentuk gua tempat mata air mengalir.
Di sepanjang jalan menuju Sendang, tampak dupa-dupa kecil menghiasi tebing di bawah pohon beringin dan cemara yang berusia puluhan tahun.
Para Biksu kemudian mengambil air berkah dan dimasukkan ke dalam kendil berhias bunga melati dengan gayung dari batok kelapa.
Di bawah Sendang, terdapat makam Eyang Jumprit yang wafat pada tahun 1308. Menurut warga sekitar, Sendang Umbul Jumprit sudah ada sejak zaman kerajaan Majapahit yang menjadi tempat bertapa para rohaniawan Budha dan Hindu.
Dikutip vartadiy.com dari laman web Kementerian Agama RI, ada delapan majelis Budha yang mengikuti ritual air berkah, yakni Majelis Theravada Indonesia, Sangha Theravada Dharmayut Indonesia, Sangha Mahayana, Sangha Tantrayana Palpung, Sangha Mahanikaya Indonesia, Majelis Kasogatan dan Madatantri, Majelis Agama Buddha Guangji Indonesia dan Majelis Matresia.
Pada setiap tahun prosesi ritual pengambilan berkah ini mendapat penjagaan dari Satpol PP, Babinsa, dan Brimob Polres Temanggung.
Makna Air Berkah
Tampak hadir membersamai dalam ritual pengambilan air berkah, pada Sabtu (14 Mei 2022), Kabag Keuangan dan Umum Ditjen Bimas Budha Kementerian Agama Triroso, para Pembimas Budha dan tokoh masyarakat setempat.
Mewakili Plt Dirjen Bimas Budha, Triroso mengatakan pengambilan air berkah yang digelar setiap menyambut perayaan Waisak memiliki makna mendalam bagi umat Budha di Indonesia.
“Dalam agama Budha, tentunya kita menyambut perayaan Waisak dengan menyelaraskan alam dan air yang menjadi sumber kehidupan, kebersihan dan lambang kerendahan hati serta ketenangan dalam kehidupan,” kata Triroso usai prosesi pengambilan air berkah di Umbul Jumprit.
“Untuk itu tradisi pengambilan air berkah ini akan tetap dilestarikan dan memaknainya bukan sekedar ritual melainkan secara esensial dari air yang perlu dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari,” sambungnya.
Kementerian Agama melalui Ditjen Bimas Budha, lanjut Triroso, mengimbau kepada segenap umat Budha Indonesia untuk senantiasa menerapkan protokol kesehatan dalam perayaan Waisak tahun ini.
“Pandemi belum berakhir. Mari kita tetap disipilin dengan protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19. Semoga berkah para Bhanthe dan Biksu dapat mengakhiri pandemi di negeri ini,” harap Triroso.
Prosesi pengambilan berkah di Umbul Jumprit merupakan rangkaian ke empat menyambut perayaan Tri Suci Waisak 2566. Sebelumnya, karya bakti, bakti sosial, dan pengambilan api Dharma di Mrapen.
Aktivitas ritual ini sempat terhenti selama dua tahun yakni 2020-2021 akibat pandemi Covid-19.
Air berkah yang diambil dari Umbul Jumprit kemudian diarak menggunakan mobil dengan pengawalan polisi menuju candi Mendut untuk disemayamkan dan disakralkan.
Tiba di Candi Mendut, air berkah disambut dan diterima oleh Plt Dirjen Bimas Budha Nyoman Suriadarma bersama perwakilan majelis Buddha diantaranya Walubi dan Permabudhi.
Di hadapan umat Buddha yang menyambut kedatangan air berkah, Plt Dirjen Bimas Budha Kemenag Nyoman Suriadarma menyampaikan ucapan terima kasih atas lancarnya prosesi pengambilan air berkah di Umbul Jumprit.
Nyoman Suriadarma menambahkan api dan air sudah diterima untuk kemudian disemayamkan.
“Air dari sisi nyata adalah sumber energi dalam tubuh. Dari aspek simbolis air ini salah satu bentuk kerendahan hati karena air mengalir selalu mencari tirik rendah,” kata Nyoman Suriadarma.
“Dan air selalu juga tidak membeda-bedakan siapa yang harus diberikan kehidupan. Itulah air yang sesungguhnya sangat universal manfaatnya sehingga kehidupan tetap berjalan sampai hari ini,” sambungnya.
Dijelaskan Nyoman Suriadarma, rangkaian kegiatan akan berlanjut besok pagi di mana air dan api akan di bawa ke candi Agung Borobudur dan malamnya dengan kegiatan detik-detik perayaan Waisak.
“Kami dari Kementerian Agama sangat senang dan berbahagia serta mendukung agar perayaan Waisak dapat berjalan lancar dan umat Buddha merasakan kebahagian dalam mengikuti prosesi perayaan Waisak yang mengusung tema Jalan Kebijaksanaan Menuju Kebahagiaan,” ujarnya. ***