PADA tulisan kemarin, saya telah menyinggung bahwa sholat merupakan sarana terbaik bagi kita untuk memohon dan meminta pertolongan kepada Allah. Jalur tercepat mengundang datangnya rahmat dan hidayah dari Allah.
Bukankah, bila Allah berkenan mengulurkan pertolongan, semua permasalahan pasti terasa ringan? Bukankah, jika Allah telah berkenan mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya, semua urusan pasti dimudahkan? Bukankah dengan demikian, hati kitapun terasa damai, tenang, dan senang?
Tidak mengherankan, Rasulullah segera melaksanakan sholat, sewaktu masalah berkunjung datang. Hal ini sebagaimana dikisahkan oleh Hudzaifah RA : “Apabila Rasulullah menemui suatu kesulitan, maka beliau bergegas mengerjakan sholat”.
Saya jadi teringat potongan ayat Al Qur’an, yang mengisahkan cerita Nabi Zakaria. Doanya selama puluhan tahun untuk memiliki keturunan, diijabah Allah, saat beliau sedang berada di mihrab, sewaktu melaksanakan sholat.
Apa yang dilakukan manusia pilihan di atas, selaras dengan rekomendasi Allah di dalam surah Al Baqarah ayat 45 dan 153.
“Dan mohonlah pertolongan kepada Allah dengan sabar dan sholat. Sesungguhnya, sholat itu berat kecuali bagi orang-orang yang khusyuk.”
“Hai orang-orang beriman, jadikanlah sabar dan sholat sebagai penolong mu. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” [QS. 2 : 153]
Bila kita telisik 2 ayat tersebut, ada tiga langkah awal utama yang seharusnya kita lakukan, sewaktu permasalahan dan kesulitan datang. Pertama, segera mengingat Allah. Kedua, bersabar. Ketiga, secepatnya melakukan sholat. Setelah ketiganya kita tempuh, baru kemudian kita pancangkan ikhtiar. Segala daya upaya, kita tebar dan sebar.
3 langkah awal di atas penting untuk kita lakukan, karena pada hakekatnya, hanya Allah yang bisa mengatasi masalah yang kita hadapi [QS. 10 : 107]. Karena pada dasarnya, semua masalah dan kesulitan, hanya terjadi atas seijin Allah [QS. 64 : 11 ]. Tersebab ijinnya berasal dari Allah, maka kejadian tersebut pasti baiknya, walaupun tidak kita sukai dan senangi [QS. 2 : 216]
Sebagai penutup, ada yang bertanya : “Mengapa kesulitan dan musibah — yang hanya terjadi atas seijin Allah — pasti baiknya?” Sebab, tidak mungkin Allah menzalimi sedikitpun makhluk-Nya [QS. 4 : 40]. Sebab, pasti terukur [QS. 54 : 49 dan 65 : 2-3]. Sebab, pasti sesuai dengan kemampuan kita menanggungnya [QS. 2 : 286]. Sebab, pasti ada kemudahan dan kesempatan yang datang bersamanya [QS. 94 : 5-6]. Sebab, ada kemuliaan dan pahala yang luar biasa besar, yang menanti kita.
Salam teduh,
Kang Jarwo