INI JOGJA – Adab adalah tata krama atau etika yang harus dimiliki seseorang dalam pergaulan sehari-hari. Adab mencerminkan kepribadian dan karakter seseorang, yang juga dapat mempengaruhi cara seseorang menerima dan menggunakan ilmu yang dimiliki.
Demikian dikatakan Pakar Pendidikan Dwi Agus Yuliantoro PhD dalam acara Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan bersama Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Drs HA Hafidh Asrom MM dan para pengurus Muslimat NU DIY, Senin (22 Juli 2024), di Auditorium Al Hafidh Kampus 1 Al Azhar Yogyakarta.
Menurut Dwi, adanya peradaban di suatu daerah atau bangsa karena adanya adab di masyarakat. Oleh karena itu abad menjadi hal yang utama dalam kehidupan masyarakat, termasuk di kalangan dunia pendidikan.
Mendahulukan adab sebelum ilmu, kata Dwi, penting karena dengan memiliki adab yang baik, seorang dapat menjaga hubungan dengan orang lain. Adab yang baik akan membuat seseorang dihormati dan disayangi oleh orang lain, sehingga memudahkan dalam berinteraksi dan berkolaborasi dengan orang lain.
“Adab yang baik dapat membantu seseorang untuk menjaga akhlak dan moralitasnya dalam menjalani kehidupan sehari-hari,” ujar Wakil Kepala Bidang Riset, Pengembangan dan Kerja Sama BPPH Al Azhar Yogyakarta itu.
Dikatakan, dengan memiliki adab yang baik, seseorang akan lebih mudah menerima ilmu dan belajar dengan baik karena sikap dan perilakunya yang sopan dan santun. Adab yang baik akan membuat seseorang lebih menghargai ilmu dan pengetahuan yang dimiliki, sehingga akan lebih berhati-hati dalam menggunakan ilmu tersebut dengan benar dan bertanggung jawab.
“Mendahulukan adab sebelum ilmu merupakan langkah yang penting dalam membentuk pribadi yang baik dan bertanggung jawab dalam mengelola ilmu dan pengetahuan yang dimiliki,” tegasnya.
Ditegaskan, memiliki ilmu dan pengetahuan belum tentu membuat seseorang memiliki adab atau etika yang baik. Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin memiliki pengetahuan yang luas namun kurang memiliki kesadaran akan pentingnya adab dalam berinteraksi dengan orang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa adab dan ilmu merupakan dua hal yang berbeda namun sebaiknya harus disatukan. Seseorang yang memiliki ilmu dan pengetahuan yang baik namun kurang memiliki adab dapat menimbulkan ketidakseimbangan dalam cara berperilaku dan berinteraksi dengan orang lain.
Dikatakan, mendahulukan adab sebelum ilmu merupakan cara untuk menyeimbangkan keduanya, sehingga seseorang tidak hanya memiliki pengetahuan yang baik tetapi juga memiliki akhlak yang mulia dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, adab dan ilmu sebaiknya dijadikan sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan untuk menciptakan pribadi yang baik dan bertanggung jawab.
Baca Juga : Global Immersion Program, dari SMP Islam Al Azhar 26 Yogyakarta untuk Dunia
Ia juga menjelaskan tentang profil pelajar Pancasila yaitu pelajar sepanjang hayat yang memiliki kompetensi global dan berperilaku sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.
Adapun ciri-ciri profil pelajar Pancasila, menurut Dwi, yaitu beriman, bertakwa kepada Tuhan yang Maha Esa dan berakhlak mulia, kreatif, gotong royong, berkebhinekaan global, bernalar kritis, serta mandiri. “Pelajar Pancasila harus mendahulukan dan mengutamakan adab dalam kehidupan sehari-hari,” kata Dwi.
Sementara itu, Anggota DPD RI Drs HA Hafidh Asrom MM menyampaikan mengenai perjalanan perjuangan selama menjadi anggota DPD RI yang penting dan menjadi catatan positif bagi masyarakat DIY.
Ia juga menyampaikan ucapan terima kasih dan apresiasi kepada para Muslimat NU yang telah mendukungnya selama empat periode menjadi anggota DPD RI sejak 2004 hingga 2024.
Beberapa catatan penting dalam perjuangan di DPD RI, kata Hafidh, pada periode pertama yaitu inisiatif memperkuat keberadaan lembaga DPD dan merintis Undang-undang Keistimewaan DIY.
Pada periode kedua mengadakan kegiatan 1.000 kader wirausaha muda pedesaan, pembebasan lahan di Mlangi untuk fasilitas parkir kendaraan wisata reliji, memperjuangkan dana BOSDA untuk sekolah di bawah Kemenag (MI/MTs/MA).
Kemudian periode ketiga memperjuangkan kesejahteraan Kaum Rois, akses PCNU dengan Angkasa Pura terkait berdirinya Bandar Internasional Yogyakarta. Pada periode keempat memperjuangkan Beasiswa Istimewa untuk anak-anak Yogyakarta. (Chaidir)