SLEMAN — Ratusan relawasan dan 40 barak pengungsian disiagakan di wilayah Kapanewon (Kecamatan) Cangkringan terkait dengan terjadinya luncuran lahar dari puncak Gunung Merapi yang beberapa hari aktif kembali.

Para relawan yang berasal dari lima kalurahan di Cangkringan kini telah siaga tugas berjaga di barak-barak pengungsian, setelah mereka melakukan Apel Siaga di kantor Kapanewon Cangkringan, Jumat (11/3/2022). Mereka siap untuk membantu masyarakat, apabila terjadi erupsi susulan Merapi.
Apel Siaga langsung dihadiri Bupati Sleman Kustini Sri Purnomo sekaligus mengecek kesiapan relawan yang jumlahnya 130 orang. Para relawan berasal dari Kalurahan Argomulyo, Kepuharjo, Glagaharjo, Wukirsari, dan Umbulharjo. Semua relawan sudah siap. Termasuk pula obat-obatan dan kebutuhan logistik.
Kustini mengatakan, saat terjadi awan panas guguran Kamis dini hari (10/3/2022), Dinas Sosial Sleman sebenarnya telah bersiap membangun dapur umum. Namun, dirasa belum diperlukan karena situasi kembali melandai. Tapi barak pengungsian lengkap dengan sarana dan prasarana yang berada di seputar lereng Merapi telah disiapkan.
“Harapan saya tidak digunakan. Tapi bilamana digunakan maka sudah dalam kondisi siap. Total semua barak siap. Jika erupsi besar warga siap dievakuasi,” ujar Kustini.
Panewu (Camat) Cangkringan, Djaka Sumarsana mengatakan, apel siaga dilakukan untuk menjalin sinergi dengan relawan. Kemudian mengecek kesiapan sarana dan prasarana.
Di Cangkringan ada lima barak pengungsian yang siap digunakan apabila terjadi erupsi susulan Merapi. Barak tersebut berada di lima kalurahan. Semuanya telah dicek dan dalam kondisi siap.
Pemkab Sleman pun menyiapkan sejumlah skenario, baik moderat maupun besar, untuk menghadapi potensi bencana erupsi Merapi. Jika gunung di perbatasan DIY-Jateng itu erupsi besar, maka skenario besar yang dilakukan adalah dengan mengaktifkan 40 barak pengungsian.
“Skenario besar kami siapkan 40 barak. (Barak) ini ada di semua kapanewon di lereng Merapi. Tersebar,” jelas Kepala Pelaksana BPBD Sleman, Makwan.
Di samping skenario besar, pihaknya juga menyiapkan skenario moderat, yaitu skenario yang disesuaikan dengan rekomendasi BPPTKG dengan jarak radius 9 kilometer.
Ia meminta warga di seputar lereng Merapi agar meningkatkan kewaspadaan. Sebab, Merapi saat ini memiliki dua kubah aktif.
Kubah ke arah barat daya menuju Kali Krasak dan Bebeng. Kemudian kubah tenggara yang guguran awan panas masuk ke Kali Gendol. “Mudah-mudahan dengan dua kubah aktif ini, ancamannya menjadi kecil karena dibagi dua,” katanya.
Makwan mengungkapkan, terjadinya awan panas guguran (APG) ke arah tenggara pada hari Rabu dan kamis dinihari (9-10/3/2022) lalu, tidak diduga sama sekali.
Pasalnya, guguran awan panas Merapi selama ini mengarah barat daya. Namun, malam itu mengeluarkan awan panas ke arah tenggara sejauh lima kilometer, menyusuri alur Kali Gendol.
Saat ini kondisi kali sudah kembali penuh dengan materi vulkanik. “Yang kami khawatir adalah ketika ada guguran kembali. Artinya akan semakin jauh, karena istilahnya sudah seperti jalan tol,” jelas dia.
Makwan mengatakan, jika Merapi kembali erupsi ke arah tenggara maka yang dikhawatirkan adalah warga yang bekerja menambang galian C di alur Kali Gendol.
Sebab itu, untuk mewaspadai adanya erupsi susulan, maka penambangan di alur Kali Gendol sementara ditutup. Begitu pula destinasi wisata dekat puncak Merapi dengan jarak 5 kilometer ditutup.
Lurah Glagaharjo, Suroto mengatakan, selain digunakan untuk mengungsi warga Glagaharjo, pihaknya juga tidak menutup kemungkinan bila barak yang ada saat ini digunakan untuk menampung warga pengungsi dari beda kalurahan maupun daerah lain.
“Sebatas itu mampu untuk tempatnya, ya, tidak masalah. Setelah itu kami koordinasi dengan Kalurahan bersangkutan. Kami siap, tidak ada masalah,” tambah Suroto.
Selain di dekat kalurahan, barak pengungsian disiapkan juga di SD Srunen. (Dir)