inijogja.net — Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki berbagai herpetofauna , yaitu binatang melata berupa jenis amfibi dan reptil. Sayangnya, data mengenai herpetofauna di DIY belum terdokumentasi dan dipetakan secara teratur sehingga sulit untuk digunakan ketika dibutuhkan. Padahal Keberadaan herpetofauna sangat penting dalam rantai makanan dan menjadi bioindikator lingkungan. Oleh karena itu keberadaan herpetofauna perlu dilestarikan.
Dalam upaya melestarikan dan mendokumentasikan kekayaan herpetofauna di Daerah Istimewa Yogyakarta, Balai KSDA Yogyakarta bersama dengan Penggalang Herpetofauna Indonesia, Fakultas Biologi UGM, Yayasan Wahana Gerakan Lestari Indonesia, dan Kampung Satwa menyelenggarakan “Jogja Biodiversity Festival #1 Chapter Herpet (Herping Festival)” yang dimulai pada 12 Oktober hingga 9 November 2024.
Baca Juga : Indonesia Perlu Strategi Komunikasi Lingkungan untuk Kurangi Sampah Plastik
Kepala Balai KSDA Yogyakarta Lukita Awang Nistyantara mengungkapkan festival ini merupakan bagian dari upaya melestarikan herpetofauna untuk menjaga keseimbangan alam. Adapun tujuan besar dari adanya festival ini yakni membangun ‘Big Data’ tentang kekayaan herpetofauna yang ada di wilayah DIY, termasuk reptil seperti ular dan kadal, serta amfibi seperti katak dan kodok yang memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem.
“Adanya festival ini untuk membangun big data yang menjadi milik bersama dan bisa dimanfaatkan semua pihak untuk tujuan berkelanjutan. Oleh karena itu, pendataan yang komprehensif dan terstruktur ini diharapkan mampu memberikan gambaran jelas tentang kondisi herpetofauna di wilayah DIY, sekaligus menjadi dasar untuk langkah-langkah pelestarian yang lebih tepat,” ujar Lukita dalam rilis media yang diterima redaksi Minggu (13/10/2024)
Dijelaskan Lukita, Jogja Biodiversity Festival #1 Chapter Herpet sendiri dibuka pada 12 Oktober 2024 di Taman Wisata Alam Batu Gamping. Kemudian, untuk kegiatan Sampling Herpetofauna dilakukan pada tanggal 13 Oktober–8 November 2024. Untuk penutupannya sendiri, dijadwalkan pada tanggal 9 November 2024 yang diadakan di Kampung Satwa.
Kemudian, Ketua Panitia Pelaksana Gunawan mengungkapkan sebenarya di DIY ada banyak komunitas pencinta hewan herpetofauna. Menurutnya, ada banyak data yang dimiliki pencinta herpetofauna tetapi data itu berserakan sehingga menyulitkan ketika ada kebutuhan data untuk membuat sebuah kebijakan atau memberikan masukan terkait sebuah kebijakan.
Ia mencontohkan, pemanfaatan peta itu misalnya bisa digunakan untuk memberikan pertimbangan ketika akan ada pembangunan di sebuah daerah atau perubahan tata ruang lahan. Apa dampaknya terhadap herpetofauna di daerah terdampak mengingat hewan tersebut merupakan salah satu indikator kelestarian lingkungan. Menurutnya, selama ini kondisi keanekaragaman hayati belum jadi pertimbangan ketika akan ada pembangunan suatu wilayah.
Kegiatan festival ini menjadi langkah awal bersama untuk belajar, mendata dan melestarikan herpetofauna yang ada di DIY. Festival ini tidak hanya mengedukasi masyarakat, tetapi juga menjadi ruang kolaborasi antarmasyarakat, antarakademisi, komunitas, hingga instansi pemerintah. Selain itu, ada berbagai kegiatan dalam festival ini yang dapat diikuti masyarakat, antara lain lomba fotografi herpetofauna di mana masyarakat diajak mengabadikan keindahan dan keunikan spesies herpetofauna yang ada di DIY.
Baca Juga : Peduli Terhadap Lingkungan dan Petani, Mas Arnanto Kirim Bantuan Bibit Tanaman
Dalam kegiatan ini dilibatkan peserta untuk melakukan pendataan spesies herpetofauna secara digital melalui aplikasi. Kemudian, ada sinau bareng yang merupakan kegiatan edukasi untuk mengenalkan lebih dalam tentang herpetofauna dan peran pentingnya dalam ekosistem alam.
Kegiatan Jogja Biodiversity Festival #1 Chapter Herpet ini diharapkan dapat menjadi pengingat bahwa melindungi keanekaragaman hayati, seperti herpetofauna, merupakan bagian yang tak terpisahkan dari menjaga keharmonisan alam dan kehidupan manusia. (*/)