INIJOGJA.NET- Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriyah/2022 Masehi di Indonesia diperkirakan akan terjadi perbedaan waktu.
Perbedaan Hari Raya Idul Adha 2022 diperkirakan terjadi pada dua hari yaitu 9 dan 10 Juli
Perkiraan jatuhnya Hari Raya Idul Adha 2022, pernah disampaikan peneliti Astronomi Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional-Badan Riset dan Inovasi Nasional (Lapan-BRIN), Prof Thomas Djamaluddin.
Perkiraan kemungkinan terjadi perbedaan, pertama melihat kriteria wujudul hilal Muhammadiyah yang menyatakan Idul Adha jatuh pada 9 Juli 2022. Kemudian kriteria baru MABIMS (yang digunakan pemerintah), Idul Adha 1443 H yaitu pada 10 Juli 2022.
MABIMS adalah kelompok dari kementerian – kementeriaan agama dari negara Malaysia, Indonesia, Brunei Darussalam, dan Singapura (MABIMS). Kelompok ini sudah berdiri puluhan tahun.
Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa dalam kriteria wujudul hilal, tinggi bulan saat Maghrib di Indonesia pada 29 Juni sudah berada di atas ufuk sehingga dinyatakan sudah memenuhi kriteria wujudul hilal.
Sehingga Muhammadiyah, yang menggunakan hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, menetapkan Hari Raya Idul Adha 1443 H jatuh pada 9 Juli 2022.
“Tetapi, pada 29 Juni tersebut, tinggi bulan kurang dari 3 derajat dan elongasi (jarak sudut bulan-matahari) kurang dari 6,4 derajat, sehingga 1 Zulhijjah jatuh pada 1 Juli dan Idul Adha pada 10 Juli,” kata anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kementerian Agama itu.
Muhammadiyah menggunakan hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal. Hisab hakiki merujuk pada gerak faktual bulan di langit sehingga bermula dan berakhirnya bulan Qamariyah didasarkan pada kedudukan atau perjalanan bulan benda langit tersebut.
Hisab hakiki dengan kriteria wujudul hilal, berarti bahwa matahari terbenam lebih dahulu daripada bulan meski hanya berjarak satu menit atau kurang. Dengan hisab hakiki kriteria wujudul hilal ini, bulan Qamariyah baru dimulai jika telah terpenuhi tiga syarat secara kumulatif pada hari ke-29 berjalan saat matahari terbenam.
Pertama, telah terjadi ijtimak (konjungsi). Kedua, ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam. Ketiga, pada saat matahari terbenam, bulan masih di atas ufuk. Bila salah satu dari tiga tidak terpenuhi, maka bulan berjalan digenapkan tiga puluh hari dan bulan baru dimulai lusa.
Pada Rabu legi, 29 Dzulqaidah 1443 H bertepatan dengan 29 Juni 2022, ijtimak jelang Dzulhijjah 1443 H terjadi pada pukul 09.55.07 WIB. Hilal sudah wujud, dan di seluruh wilayah Indonesia pada saat matahari terbenam itu bulan berada di atas ufuk.
Sementara itu, Peneliti di Pusat Sains Antariksa Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Andi Pangerang menjelaskan, kriteria baru MABIMS berlandaskan pada batasan minimal untuk terlihatnya hilal (imkan rukyat atau ketampakan hilal), yaitu parameter fisis hilal yang dinyatakan dengan parameter elongasi (jarak sudut bulan-matahari) minimun 6,4 derajat dan parameter fisis gangguan cahaya syafak (cahaya senja) yang dinyatakan dengan parameter ketinggian minimum 3 derajat.
Menurutnya, kriteria baru MABIMS saat ini digunakan Kementerian Agama dan beberapa ormas Islam, menggantikan kriteria lama MABIMS (2-3-8,3 derajat altitud, 3 derajat elogasi, dan 8 jam umur hilal dihitung sejak ijtimak/konjungsi solar/fase bulan baru geosentrik hingga matahari terbenam.
Dikatakan, kriteria tersebut yang masih digunakan untuk penyusunan kalender 2022 di Indonesia.
Adapun berdasarkan kriteria lama MABIMS maupun wujudul hilal, sebenarnya kondisi hilal di Indonesia telah memenuhi syarat. Ketinggian hilal bervariasi antara +0,78 derajat (Merauke) hingga +3,22 derajat (Sabang), sedangkan elongasi bervariasi antara 4,02 derajat (Jayapura) hingga 4,97 derajat (Sabang).
Ijtimak awal Zulhijjah 1443 H terjadi pada 29 Juni 2022 pukul 09.52 WIB, sehingga umur hilal bervariasi antara 5,65 jam (Merauke) hingga 9,08 jam (Sabang).
“Sehingga, Muhammadiyah dalam maklumatnya telah menetapkan 1 Zulhijjah 1443 H jatuh pada 30 Juni 2022 dan Idul Adha jatuh pada 9 Juli 2022,” ungkap Andi.
Demikian juga dengan takwim standar Indonesia yang masih memakai kriteria lama MABIMS, juga menetapkan Idul Adha tahun ini jatuh pada 9 Juli 2022, dikarenakan 1 Zulhijjah 1443 Hijriah jatuh pada 30 Juni 2022.
Namun, kondisi hilal seperti ini belum memenuhi kriteria baru MABIMS karena meskipun altitud sudah memenuhi 3 drajat di Aceh, tapi elongasinya belum memenuhi 6,4 derajat. Sehingga, ada kemungkinan 1 Zulhijjah 1443 H akan jatuh pada 1 Juli 2022 dan Idul Adha jatuh pada 10 Juli 2022.
Sementara itu, di Arab Saudi kemungkinan Idul Adha jatuh pada 9 Juli 2022. Hal ini berdasarkan ketinggian hilal di Observatorium Al-Hilal Mecca Clock Tower telah mencapai 5,60 derajat dengan elongasi mencapai 6,35 derajat.***