MALIOBORO dihebohkan dengan kasus “Wingko Berjamur”. Beritanya ramai dijagad media sosial setelah diposting oleh wisatawan yang membeli oleh-oleh khas Jogja itu di lantai 3 Teras Malioboro 1.
Masalah tersebut menjadi pembicaraan banyak warganet, di mana sebagian besar menyesalkan hal tersebut dan menyayangkan perilaku penjual yang dinilai nakal.
Selain warganet, Gubernur DIY Sri Sultan HB X juga menyoroti kasus Wingko berjamur atau kedaluarsa itu. Sultan meminta pedagang selalu mengecek barang dagangannya untuk memastikan tetap aman.
Sultan HB X juga mengemukakan bahwa kemungkinan masalah serupa bisa terjadi saat sebelum PKL sepanjang Malioboro dipindah ke Teras Malioboro. Hanya saja waktu itu tidak ada yang menyampaikannya ke publik. Tetapi saat ini telah ditempatkan pada lokasi jualan berbeda di Teras Malioboro, sehingga banyak masyarakat ikut mengontrol kualitas produknya sehingga dapat diketahui kasus tersebut.
“Dulu mungkin cara jualannya juga begitu, neng ora ngerti. Sekarang begitu tempatnya berbeda yang lebih dikontrol kualitas produknya baru ketahuan. Mungkin dulu juga enggak tahu juga, podo wae,” kata Sultan kepada wartawan di Kompleks Kepatihan, Senin (21/3/2022).
Sultan meminta kepada para pedagang di Teras Malioboro agar lebih sering mengecek barang dagangannya terutama yang menjual makanan. “Jangan mestinya njamur tetep didol. Jualan makanan seperti itu kan enggak tahan lama. Misalnya kita tuku bakmi wis rong dino kan podo wae ra iso dipangan kan,” ucapnya.
Ia memastikan melalui dinas terkait pembinaan sudah dilakukan. Termasuk melakukan verifikasi kualitas produk dari para pedagang yang berjualan di Teras Malioboro. Hal serupa bisa terjadi kapan saja jika pedagang tidak melakukan kontrol terhadap makanan yang dijual.
“Dinas melakukan pembinaan yang masuk di situ kan kualitas produknya kan kita verifikasi, tetapi kalau makanan memang tidak tahan lama. Jadi mestinya yang punya toko warung itu mengecek jualannya, jangan malah jamur terus didol (dijual) kan gitu. Hal seperti itu pasti akan terjadi kapan pun kalau si pemilik sendiri tidak pernah mengontrol terhadap barang dagangannya,” ujarnya.
Dengan ditempatkan pada lokasi baru, Sultan berharap para pedagang bisa terus meningkatkan kualitas produk jualannya.
“Jenis jualannya itu kan di Teras [Malioboro] sudah berbeda daripada pada waktu masih di sepanjang Malioboro kan. Sudah bisa kita lihat. Mestinya mereka juga meningkatkan servis [layanan]. Meningkatkan mutu produk yang dijual, kalau njamur berarti kan tidak memenuhi standar. Tetapi yang bisa mengontrol kan dirinya sendiri,” kata Sultan.
Penjelasan Pedagang
Sementara itu, Pedagang dari Paguyuban Pedagang Pelataran Pasar Beringharjo (Papela) yang salah satu anggotanya menjual wingko viral berjamur itu akhirnya memberi penjelasan, Senin (21/03/2022).
Miftahul Jannah, salah satu pengurus Papela menjelaskan bahwa tidak ada niat sedikitpun dari pedagang untuk menjual wingko berjamur pada konsumen.
“Jadi, wingko itu diambil dari produsen di Kota Jogja, dan memang tidak mencantumkan tanggal kedaluarsanya. Namun, produsen bilang kalau expirednya itu 5-7 hari. Nah, saat dijual viral itu posisinya barang baru tiga hari, jadi memang ya seperti itu,” ujarnya pada wartawan.
Pedagang, menurut Miftahul, tidak mengetahui kondisi wingko karena tidak berani membuka kemasan segel satuan di dalam. Mereka berpedoman pada usia wingko yang menurut produsen bisa bertahan 5-7 hari.
“Pedagang mau buka saja takut kalau nanti tidak laku. Dari tasnya sudah dibuka tapi kemasan satuan itu ada segelnya, kalau dibuka ya takut tidak terjual. Itu baru tiga hari disitu,” tambahnya.
Miftahul mengatakan bahwa kondisi lokasi berjualan di lantai 3 memang lebih lembab mengingat lokasinya di paling atas sehingga sangat riskan apabila cuaca panas dan hujan. Di sisi lain, lokasi lantai 3 Teras Malioboro paling sepi karena pengunjung lebih jarang datang dibandingkan untuk lokasi lantai 1 dan 2.
“Ya, kondisi di lantai 3 panas sekali, belum juga hujan panas jadi lembab. Itu makanan basah tapi kami ditempatkan di Teras 1 itu diklasifikasikan makanan kering. Padahal bakpia saja hanya 7 hari tahannya,” urainya.
Saat kejadian, kondisi memang cukup sepi karena bukan akhir pekan. Pembeli yang mengunggah wingko berjamur membeli sebanyak 9 tas dengan harga satuan sekitar Rp 20 ribu.
“Kita memang saat itu sepi, stok kita tidak banyak. Dia beli 9 tas jadi diambilkan dari sebelah-sebelahnya, saling bantu satu sama lain pedagang. Tapi itu satu merk wingko dan pedagang tidak tahu sama sekali kalau sudah njamur,” lanjutnya menekankan.
Saat ini kondisi pedagang merasa sangat bersalah dan bahkan mendapat bully dari rekan karena kekhawatiran berimbas pada seluruh penjual di Teras Malioboro I. Papela diakui sudah berupaya mengganti wingko pada pembeli pun evaluasi ke dalam untuk lebih teliti dalam menjual barang dagangan.
“Kami meminta maaf, kami juga melakukan pembenahan ke dalam untuk melakukan sortir dengan lebih ketat. Kami lakukan evaluasi agar ke depan tidak terjadi. Produsen juga kami minta memberikan expired day dan penjual juga jangan terlalu banyak stok dan selalu mengecek barang dagangannya. Kami juga berharap adanya standarisasi produk, kalau memungkinkan bisa pelatihan berjualan pada teman-teman UMKM ini,” katanya. (dir)