CATATAN REDAKSI : Sederet desainer Indonesia terbang ke Paris dan memamerkan karya mereka di gelaran GeKraf Paris Fashion Show 2022. Pentas busana di pusat mode dunia ini jadi heboh lantaran dituding sebagai pembodohan publik lantaran bukan bagian agenda resmi Paris Fashion Week.
Apa sebenarnya yang terjadi di pentas busana tersebut? Sita S Phulpin, mantan PR Institut Francais Indonesia Surabaya yang kini mukim di Paris memberi catatan yang dipublikasikan melalui website suratdunia.com.
Atas seijinnya, ulasan Sita itu dipublikasikan untuk pembaca iniSurabaya.com yang merupakan grup jejaring inijogja.net.
SETELAH dua tahun senyap dan lesu akibat pandemi, Paris kembali menggeliat. Berbagai peristiwa berskala internasional digelar, termasuk di bidang mode. Selama sembilan hari, mulai 28 Februari hingga 8 Maret 2022 Paris menggelar Paris Fashion Week.
Agenda besar ini tak disia-siakan para desainer dan berbagai brand Indonesia untuk unjuk gigi. Sebanyak 23 brand Indonesia diusung PT Indolima Perkasa bersama Gerakan Ekonomi Kreatif (GeKraf) dan Fashion Division dalam acara peragaan busana di kota mode Paris.
Menariknya, Elisabeth Moreno, Menteri Prancis untuk Kesetaraan Perempuan, Keberagaman dan Keadilan Sosial turut hadir menyaksikan GeKraf Paris Fashion Show 2022 yang juga didukung oleh KBRI Paris dan diselenggarakan pada 5-6 Maret 2022 tersebut.
Gelaran pentas busana ini merupakan langkah jitu. Karena selama sembilan hari itu, dunia mode berpaling pada Paris. Siapa yang tak kenal Paris sebagai pusat mode dunia?
Saat itu para fashionista, pengamat mode, wartawan-wartawan mode papan atas dan pelaku industri mode dari berbagai penjuru dunia berbondong-bondong datang ke Paris.
Mereka mencari inspirasi, melihat tren mode dan bakat-bakat baru. Dengan hadir pada periode tersebut karya-karya desainer muda Indonesia memiliki kesempatan lebih besar untuk dilirik oleh industri mode internasional.
Kans dikenal secara internasional memang lebih besar diperoleh daripada memperagakan kreasi mereka di Paris di luar periode Paris Fashion Week.
Selama dua malam berturut-turut Salon Imperial di Hotel Westin yang terletak di leher kawasan mewah Place Vendom menjadi ajang pamer karya para desainer muda Indonesia.
Melalui lenggak-lenggok para peragawati internasional, kreasi desainer-desainer Indonesia menyapa industri mode dunia.
Walaupun sekarang ini masih berada dalam program off atau dengan kata lain belum masuk ke dalam agenda resmi Paris Fashion Week bukan tidak mungkin suatu hari desainer-desainer Indonesia bisa mengisi agenda peragaan busana resmi yang digelar panitia Paris Fashion Week, perhelatan mode yang sangat prestisius itu.
Kriteria untuk bisa masuk ke dalam program acara peragaan busana resmi Paris Fashion Week sangat ketat dan tidak mudah ditembus. Sekali lagi, bukan hal yang mustahil desainer Indonesia bisa menembus tembok tebal tersebut.
Harry Halim yang mengawali GeKraf Paris Fashion Show pada hari Sabtu (5/3/2022) lalu dengan 12 unik pernah membuktikannya. Tahun 2012 busana-busana karya Harry Halim tampil dalam agenda resmi Paris Fashion Week.
Nama Harry Halim sangat kondang. Namanya tak asing di kalangan selebritis papan atas Amerika, seperti Cardi B, penyanyi rap, pencipta lagu sekaligus aktris Amerika, Ava Max, musisi yang juga penyanyi Amerika, dan Billy Porter, penyanyi dan aktor Afro-Amerika.
Malam Minggu itu selain Harry Halim, dua belas desainer muda lainnya turut unjuk kreasi. Tercatat nama Adisza Kahanasty, Adraworld yang berkolaborasi dengan parfum Indonesia HMNS, AKSU, Anggia, Carol Chen, Elima, Hanyutan, Purana, Var Erte, para desainer lulusan Lasalle College Surabaya, Universitas Ciputra Surabaya dan Binus Northumbria School Jakarta.
Meskipun acara peragaan busana tersebut tidak masuk dalam agenda resmi Paris Fashion Week 2022, namun tak berarti busana-busana yang diperagakan tidak berkualitas.
Menurut Tito Kadaryanto, Presiden Direktur PT Indolima Perkasa, mereka melakukan seleksi ketat. Sebelumnya dilakukan edukasi-edukasi yang dilakukan pihaknya sejak Oktober tahun lalu melalui serangkaian webinar mode bersama para desainer papan atas Indonesi.
Menurutnya, salah satu kriteria untuk terpilih dalam acara fashion show di Paris ini adalah rancangan busana yang kreatif dan menggunakan produk atau bahan-bahan dari Indonesia.
Memang selama fashion show terlihat banyak rancangan yang terinsipirasi dari berbagai kekayaan budaya nusantara. Para desainer dengan kreatif memadupadankan warna barat, timur tengah dan nusantara melalui wastra dan aksesoris tradisional yang mempesona.
Beberapa pengunjung yang ditemui seperti François yang fotografer, Emeryc seniman graphis dan istrinya yang bergerak di bidang mode menyatakan apresiasinya pada busana-busana yang diperagakan. Banyak hal baru yang mereka temukan dalam peragaan busana desainer muda Indonesia kemarin itu.
Tampak beberapa tokoh masyarakat di antara tamu yang hadir pada malam pertama. Selain Duta Besar RI di Paris, Mohammad Oemar, terlihat pula Anggun, penyanyi kondang asal Indonesia, dan Elisabeth Moreno, menteri Prancis yang membawahi urusan persamaan hak antara perempuan dan laki-laki, dan keberagaman budaya dan persamaan kesempatan bagi seluruh penduduk.
Busana-busana karya anak bangsa Indonesia yang mengangkat keragaman budaya mendapat sambutan hangat Elisabeth Moreno. Menteri yang cantik dan enerjik itu terlihat rileks dan antusias selama menghadiri acara fesyien show ini, begitu pula saat memberikan pidatonya.
Upaya-upaya persamaan kesempatan, utamanya bagi perempuan, juga tak luput dari perhatiannya. Elisabeth memuji banyaknya desainer perempuan yang memperagakan kreasi-kreasinya malam itu. Secara kebetulan GeKrafs Paris Fashion Show ini digelar mendekati hari Hak-Hak Perempuan se-Dunia yang jatuh pada 8 Maret.
Sedangkan pada Minggu (7/3/2022) malam, kehadiran Ariel Noah sebagai duta brand Greenlight dan penyanyi Rossa membuat acara fesyien itu cukup heboh. Masyarakat Indonesia yang hadir memanfaatkan untuk mengambil foto maupun berfoto bersama.
Yang agak berbeda dari malam sebelumnya adalah dikumandangkannya Indonesia Raya sebelum peragaan busana dimulai dan setelah rehat. Bukan hal yang umum dalam sebuah peragaan busana di Prancis. Tentu saja para hadirin diminta berdiri saat lagu kebangsaan Indonesia itu dilantunkan.